Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan apresiasi kepada paguyuban Mitra Produksi Sigaret (MPS), sebagai wadah yang menaungi 38 produsen Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan bermitra dengan PT HM Sampoerna. Mereka yang tersebar di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur ini mampu memproduksi 15 miliar batang per tahun dengan mempekerjakan karyawan lebih dari 40 ribu orang.
Salah satunya adalah MPS Berbah PT Mitra Adi Jaya yang beroperasi sejak tahun 2006 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 900 orang. MPS ini memproduksi rokok SKT hingga 3,72 juta batang per minggu atau 200,88 juta batang per tahun setara dengan Rp200 miliar per tahun. Dengan kontribusi besar tersebut, Menperin menilai MPS sebagai pahlawan industri Indonesia.
“Keberpihakan pemerintah saat ini terhadap industri SKT sangat jelas, sehingga pekerjaan (linting rokok kretek) itu ada terus dan berkelanjutan. Kita pun lihat mereka masih bertahan di tengah era industri 4.0. Karena di Indonesia, penerapan teknologi industri 4.0 berjalan secara paralel dan harmonis dengan industri yang menggunakan teknologi sebelumnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Airlangga pun menegaskan, pemerintah saat ini sedang fokus membangun pengembangan sumber daya manusia (SDM), khususnya di sektor industri. “Ibu-ibu yang bekerja di MPS ini sudah bisa turut mensejahterakan keluarganya masing-masing. Sebab, kalau pekerja di MPS HM Sampoerna itu konsepnya sudah bagus, fasilitas kesehatan juga bisa dipakai untuk suami dan anaknya,” ungkapnya.
Selain itu, program kemitraan antara PT HM Sampoerna dengan Sampoerna Retail Community (SRC), sebagai wadah usaha kecil menengah (UKM) retail yang telah dibentuk di 34 provinsi meliputi 408 Kabupaten/Kota dan melibatkan lebih dari 60.000 mitra dagang, ini juga merupakan contoh program pemberdayaan UKM khususnya peretail tradisional di tingkat nasional.
“Program ini menunjukan kepedulian Sampoerna kepada UKM untuk dapat berkembang bersama-sama melalui peningkatan kapasitas dan menciptakan ekosistem komersial yang inklusif, yang pada akhirnya mewujudkan kemandirian perekonomian baik di tingkat daerah maupun nasional,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Menperin berbincang dengan beberapa pelaku usaha yang tergabung di SRC. Misalnya dengan Darmini, anggota SRC yang sudah bergabung dua tahun ini mengaku gerainya semakin banyak kunjungan pembelinya karena rapih dan bersih. “Saat ini, penghasilan kami bisa mencapai Rp7-8 juta per hari,” ungkapnya.
Kemudian, Mohamad Fanu, anggota dari Bantul ini juga menyatakan bahwa bergabungnya dengan SRC ini merupakan suatu anugerah. “Kenapa saya katakan begitu, sebelum bergabung dengan SRC, pendapatan berkisar Rp2-3 juta per hari, tetapi sekarang peningkatan penjualan menjadi Rp8 juta per hari. Mudah-mudahan saya bisa tambah satu toko lagi,” ucapnya.
Direktur PT HM Sampoerna Tbk. Elvira Lianita menyampiakan bahwa kehadiran Menperin di sejumlah MPS HM Sampoerna menjadi sebuah apresiasi yang sangat tinggi dan bentuk komitmen dalam menjaga keberlangsungan usaha IHT nasional. “Secara keseluruhan yang bekerja di MPS wilayah Jogja sebanyak 3500 karyawan, karena ada dari Bantul dan Wates. Beberapa waktu lalu, Bapak Menperin sudah meninjau di Lamongan dan Mojokerto,” ungkapnya.
Menurut Elvira, keberadaan MPS ini tidak saja menjadi rezeki bagi karyawan yang bekerja di pabrik, tetapi juga menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di sekitarnya karena dapat memacu usaha-usaha lain untuk tumbuh dan berkembang. “Karena keberadaan MPS ini turut membantu perputaran ekonomi di daerah masing-masing,” imbuhnya.
Sementara itu, lanjutnya, pengembangan SRC bertujuan membangun para pedagang tradisional untuk bisa lebih memajukan usahanya. Misalnya, yang awalnya penjualan omzetnya sekitar Rp50-100 ribu per hari bisa berkembang menjadi Rp6-7 juta per hari. “Bahkan, ada yang awalnya hanya satu toko kecil, kemudian sekarang beranak-pinak menjadi dua atau tiga toko,” ujarnya.
secara total, SRC di Yogyakarta ada 1600 anggota atau kalau ditambahkan dengan Jawa Tengah mencapai 14.000 anggota. “Tentu saja Ini menjadi kebanggaan kami yang secara konsisten terus-menerus membina pedagang tradisional di Indonesia melalui pengembangan ekonomi kerakyatan,” terangnya.
Elvira berharap agar pemerintah khususnya Kemenpeerin tetap menjaga kesinambungan dan kepastian-kepastian usaha bagi IHT nasional serta menjaga iklim investasi yang kondusif. “Sebagai pelaku usaha, tentunya kami akan mendukung pemerintah untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan yang adil melalui upaya-upaya kami dalam membina UMKM dan pedagang-pedagang tradisional,” pungkasnya. ***