Awal mulanya petani tembakau di Bojong, Kabupaten Tegal, menanam tembakau jenis mbako jawa (tembakau rakyat) dengan karakteristik daun panjang, tidak lebar (kulitas rendah). Kemudian masuklah bibit tembakau jenis Kemploko dari Temanggung, dengan karakteristik daun hanya beberapa lembar dalam satu pohon namun lebar-lebar.
Mulailah petani menanam jenis ini dan terjadilah pencampuran varietas. Sampai saat ini tembakau yang ditanam di Kecamatan Bojong ini memang bermacam-macam varietasnya, ada Paijo, Genjah, Kemloko, dll, tergantung tembakau daun basah yang dihasilkan akan dipasarkan ke pabrik rokok apa.
Gudang Garam membutuhkan daun yang tebal tidak panjang, rasanya berat/mangkel. Untuk Bentoel dan Djarum membutuhkan daun yang tipis, rasanya ringan.
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis.
Masa petik pertama dikenal kualitas A dengan harga Rp 2 ribu. Kemudian masa petik kedua dikenal kualitas B harga jual naik Rp 3 ribu. Disusul masa petik ketiga kualitas C dengan harga jual Rp 4 ribu per kg. Kemudian masa petik keempat dengan kualitas D dengan harga jual Rp 5 ribu per kilo.
Ketua Kelompok Tani Maju Makmur, Warto mengatakan, dalam kelompoknya para anggotanya memiliki tanaman tembakau seluruhnya seluas 20 hektare, yang mulai memasuki masa panen dengan produktivitas per hektar rata-rata 5 ton daun tembakau basah, atau 0,8 – 1 ton daun tembakau rajangan.
Dengan asumsi harga tembakau basah sebesar Rp5 ribu per kilogram, dimana total dari areal tanaman tembakau seluas 20 hektare, maka diperoleh hasil penjualan minimal Rp500 juta.
Menurut dia, modal tanam tembakau untuk setiap hektare sekitar Rp10 juta, sehingga untuk tanaman tembakau seluas 20 hektare diperlukan biaya Rp200 juta, artinya keuntungan masih sangat tinggi yaitu sekitar Rp300 juta.
Harga tembakau rajang bervariasi tergantung kualitas tembakau rajang yang dihasilkan. Kualitas tembakau rajang sangat dipengaruhi oleh musim. Jika musim kemarau, maka kualitasnya lebih baik dibandingkan musim hujan, karena tembakau rajang memerlukan sinar matahari yang cukup terang ketika dikeringkan.
Ia mengatakan dari hasil panen tembakaunya sebagian besar langsung dibeli pengepul dari luar Kabupaten Tegal, seperti Kulon Progo (DIY), Kebumen, Purworejo, dan Temanggung (Jawa Tengah).
Posisi strategis komoditi tembakau bagi perekonomian Indonesia dapat dilihat dari besarnya devisa dan cukai yang diperoleh dari tembakau. Dari posisi penting tersebut, “Tembakau” dalam arti budidaya maupun industrinya merupakan komoditi yang potensial untuk investasi. Namun demikian perlu diketahui secara lebih mendalam tingkat risiko usaha serta peluang keberhasilan usaha tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan review terhadap usaha tembakau baik aspek produksinya, prospek pasar komoditi maupun perilaku masyarakat. Walaupun komoditi ini mendatangkan pendapatan yang besar bagi pelaku bisnis tembakau namun terus mandapat tekanan dari pihak-pihak anti rokok.
Sumber: Humas Pemkab Tegal