Setiap wilayah memiliki potensi kopi tersendiri. Salah satunya Windusari Magelang, Jawa Tengah. Dari atas ketinggian 1.400 mdpl, Dusun Petung Desa Ngemplak menyimpan surga kopi Arabika tersembunyi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Kopi Arabika Windusari memiliki cita rasa khas seperti gula aren, namun agak masam dan gurih. Kandungan kafeinnya lebih ringan, tidak seperti kopi robusta yang lebih berat layaknya kopi hitam.
Selain itu Kopi Arabika Windusari juga ada yang bercita rasa rempah karena di sekitarnya juga ditanami rempah seperti jahe, tembakau, pinus, sehingga mempengaruhi rasa kopi Arabika tersebut.
Ketua Umum Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Kabupaten Magelang, Istanto mengisahkan, pada awalnya di wilayah WIndusari seluruhnya adalah areal tanaman tembakau.
Namun, pada 2012 dan 2013 tanaman tembakau terganggu oleh cuaca. Lalu pada 2014 terganggu dengan keadaan tata niaga tembakau yang tidak menguntungkan pihak petani.
“Maka dari itu saat ada kunjungan bapak Bupati Magelang kami dari petani di Windusari mengusulkan untuk memberikan (minta) bantuan bibit kopi Arabika yang cocok untuk di ketinggian di atas 1.000 mdpl yang berada di 6 desa di Kecamatan Windusari,” ujar Istanto.
“Waktu itu (kami) dibantu sebanyak 215 ribu batang (bibit kopi),” terang Istanto yang juga Ketua Forum Petani Multikultur Indonesia.
Setelah berumur 14 bulan, bibit kopi Arabika yang ditanam itu sudah berbunga. Secara teori, harusnya 28 bulan baru berbunga.
“Nah bagi (bibit kopi Arabika) yang ditanam pada waktu 2017 akhir, berarti di awal 2018, sekarang ini sudah panen ketiga kalinya,” imbuhnya.
Pada waktu panen yang pertama, Istanto mewakili para petani kopi setempat meminta Bappeda Litbangda Kabupaten Magelang meneliti bagaimana kualitas kopi Arabika yang ada di wilayah Windusari dengan varietas Sigaruruntang.
“Akhirnya (kopi Arabika Windusari) dibawa ke Pusat Penelitian Kopi Indonesia yang berada di Jember dan alhamdulillah hasil dari penelitian itu kopi yang ada di kami ini tergolong masuk di dalam high quality speciality, artinya nilainya di atas 80,” ungkapnya.
Kopi Arabika Windusari ditanam dengan metode tumpang sari. Yang pertama bertujuan menjaga konservasi lahan dan air karena kopi mempunyai akar serabut yang bisa menahan air dan juga mengeluarkan kelembapan.
“Nah kemudian yang kedua nanti bisa panen tembakau atau panen tanaman yang lain, sayuran yang lain, seperti loncang kemudian seperti kacang-kacangan, cabe dan lain sebagainya,” jelasnya.
Saat ini, kopi bubuk Windusari hanya bisa didapatkan langsung di rumah-rumah penduduk dengan brand Kopi Petung atau Kopi Arabika Windusari. Kemasan 100 gram dijual seharga Rp25 ribu, di Desa Genito, Candisari, Balesari, Kembang Kuning, dan Pasangsari, Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang.
Kepala Desa Ngemplak, Asnawi mengaku sejak ada kopi Arabika di Dusun Petung menambah rezeki bagi masyarakat setempat. Ia berharap akan ada lagi bantuan bibit kopi dari Pemerintah karena masih banyak tanah di Dusun Petung atau Desa Ngemplak yang belum ditanami kopi.
“Saya merasa bersyukur dengan adanya kopi Arabika ini bisa menyumbang untuk ekonomi masyarakat kita supaya masyarakat kita sejahtera,” harapnya. (Penulis: Fany Rachmawati, Pranata Humas Dinas Kominfo Kabupaten Magelang)