Medan magnetik bumi menunjukkan prilakunya yang langka dan menjadi pusat perhatian dunia. Kekuatannya kini melemah sementara gerak medan kutub utara lebih cepat dari biasanya. Ia akan berpindah dari posisi saat ini yang berdekatan dengan Kanada menuju Siberia, Rusia.
Prilaku medan magnet yang bersumber di perut bumi itu memunculkan berbagai spekulasi, mulai kekhawatiran berbaliknya kutub utara ke kutup selatan, hingga kecemasan akan masa depan bumi. Terlebih dalam sejarahnya, medan kutub pernah berbalik. Pembalikan ini terjadi 780.000 tahun lalu.
Tetapi pakar geofisika global dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Satria Bijaksana menyatakan, prilaku medan magnet bumi tersebut merupakan sesuatu yang lazim, tidak luar biasa. Hanya saja yang menjadi perhatian ilmuwan ialah sumber pemicunya.
“Medan magnet bumi bukan yang statis tapi dinamis. Dia mengubah baik arah maupun intensitasnya. Kemudian kita bisa mempelajari faktor-faktornya, tapi kita tidak tahu sumbernya apa. Ini yang jadi masalah, jadi isu bagi kita,” kata Guru Besar lulusan Kanada itu.
Sampai saat ini, para pakar dunia masih menyelidiki apa yang membangkitkan medan magnet bumi. Penyelidikan ini sudah dilakukan sejak lama, bahkan konon Albert Einstein mengaku kesulitan untuk menentukan sumber yang membangkitkan medan magnetik bumi maupun mekanisme pembangkitannya.
“Konon kata Einstein salah satu dari lima persoalan tersulit fisika ialah mengenai pembangkitan medan magnetik bumi. Kalau kata Einstein susah, oke,” katanya.
Meski sulit menentukan sumber pembangkit medan magnetik bumi, para ahli memiliki sejumlah dugaan mekanisme pembangkitan medan magnetik bumi dengan melihat gejala di masa kini maupun di masa lalu.
“Kalau medan magnetik bumi berubah kayak gitu, sumbernya apa? Apa yang mendorong perubahannya? Kalau kita mencari aktor intelektual yang mungkin menjadi pemicu, kita punya tersangka atau tertuduhnya,” katanya.
Menurutnya, ada beberapa bagian bumi yang bisa menjadi “tersangka” penyebab melemah dan bergeraknya medan magnetik bumi. Pertama adalah inti bumi bagian luar yang sifatnya fluida. Fluida ini jika berputar mengelilingi inti bumi sehingga menggerakan bumi (rotasi). Saat bumi berputar itulah menghasilkan medan magnetik bumi.
Satria kemudian mengungkapkan teori teori dinamo yang menjelaskan adanya arus listrik oleh bahan yang bersifat konduktif di inti bumi bagian luar. Teori ini membayangkan bumi sebagai generator elektromagnetik raksasa.
Dugaan itu memang bisa menjawab sumber medan magnet, namun faktanya kutub utara dan selatan pernah berbalik. Sementara rotasi bumi tidak pernah terbalik. Hal ini menjadi misteri tersendiri.
“Teori lain, ada beberapa yang membayangkan sesuatu yang sangat dramatik seperti tumbukan meteor, bumi terguncang sampai kemudian aliran di dalam bumi berubah,” katanya.
Namun tidak sedikit yang memandang teori tersebut dengan skeptis karena ada beberapa peristiwa tumbukan besar tidak berkaitan dengan pembalikan medan magnetik bumi. Sehingga tumbukan meteor atau benda langit tak selalu menghasilkan pembalikan medan magnet.
Ada juga teori tentang jatuhnya lempeng benua ke mantel bumi, dan teori yang menyebutkan mantel plump di mana bumi bagian luar masuk ke bagian dalam, atau sebaliknya inti bumi masuk ke mantel bumi.
Namun semua model tersebut masih dalam penelitian para pakar di berbagai bidang. Yang pasti, Satria mengingatkan tak perlu khawatir dengan melemahnya medan magnetik bumi maupun pergerakan saat ini. Sebab hal itu merupakan fenomena yang lazim terjadi sejak dahulu kala.
Melemahnya medan magnetik bumi juga bersifat sementara, karena nantinya medan tersebut akan bangkit kembali.