Tembakau di Jawa Timur (Jatim) masih menjadi primadona. Betapa tidak, Jatim merupakan penyuplai tembakau terbesar tingkat nasional. Hal itu ditegaskan Ketua DPN APTI (Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) Soeseno, baru-baru ini.
“Produksi tembakau di Jatim sangat besar, mencapai 110 ribu ton per tahun. Jumlah tersebut merupakan 60 persen dari produksi tembakau nasional. Kalau petani tembakau Jatim mogok, maka industri rokok tidak ada atau tutup,” kata Soeseno usai Musyawarah Daerah III DPD APTI Jawa Timur di gedung Bung Tomo Pemkab Jombang.
Tembakau merupakan salah satu komoditi unggulan di Indonesia, yang mampu menyerap tenaga kerja, menyumbangkan cukai dan pajak-pajak lain. Industri Hasil Tembakau (IHT) di Indonesia memiliki peran cukup besar terhadap penerimaan negara melalui pajak dan cukai. Selain itu, kehadiran IHT juga memberi dampak positif lain, seperti penyerapan tenaga kerja, penerimaan dan perlindungan terhadap petani tembakau dan dampak ganda yang lain.
Soeseno mengatakan, ke depannya tantangan organisasi APTI dan sektor pertembakauan akan semakin berat. Untuk itu, ia meminta agar jajaran pengurus APTI, utamanya di Jatim bekerja lebih giat dan bersemangat, memperkuat organisasi dan memperkuat sinergitas dengan seluruh pemangku kepentingan.
“Saya berharap, pengurus yang baru semakin baik dan solid. Organisasi ini perlu diperkuat oleh kepengurusan yang produktif dan berkesinambungan sehingga akan ada regenerasi dan sekaligus mewarisi kultur pertembakauan di Indonesia,” katanya.
Ketua DPD APTI Jatim Kamudi mengatakan, pihanya siap memajukan petani tembakau di Jawa Timur. Namun demikian, pihaknya berharap ada perhatian dari pemerintah terkat nasib petani. Pasalanya, selama ini petani tembakau seperti anak kehilangan induknya.
“Duitnya diambil, tapi perhatian pemerintah tida ada. Semisal alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) khusus Jatim sebesar Rp 600 miliar. Nah, 15 persen dari jumlah tersebut digunakan untuk peningkatan kapasitas petani,” kata petani asal Lamongan ini.
“Jadi ada anggaran Rp 85 miliar untuk peningkatan kualitas petani. Kalau anggaran tersebut digunakan secara maksimal, maka bisa lebih memajukan petani tembakau di Jatim. Itu harapan kami dari APTI Jatim,” jelasnya.(Sumber: Beritajatim.com)