Telang Rejo, Kecamatan Muara Telang, Banyuasin, Sumatera Selatan adalah desa eksotik dengan hamparan sawah 1.800 ha yang dikelola oleh kelompok tani milenial. Jalur transportasi utama dari Palembang ke desa ini melalui sungai musi dan anak-anak sungainya baik alami maupun buatan.
Jalur-jalur dibuat selain untuk mengalirkan air irigasi, mengeringkan lahan rawa juga untuk jalur transportasi. Daerah tujuan transmigrasi sejak tahun 1980 itu awalnya sangat berat, gagal panen, terisolir dan banyak petani yang kabur dan menjual tanahnya sangat murah.
Hendrik adalah generasi ke-2. Ayahnya asal Kerteg, Wonosobo Jawa Tengah yang menjadi transmigran sejak tahun 1980. Hendrik Kuswoyo nama lengkapnya lahir, besar dan menikah di Telang Rejo. Tiga bersaudara, satu saudaranya kembali ke Wonosobo menggarap warisan orang tuanya, satu orang kakaknya bekerja di Jakarta. Hendrik si Petani Milenial ini juga berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dan bergelar Sarjana Hukum.
Hendrik lahir dan besar sebagai petani. Saat ini selain menjabat Kepala Desa, dia juga petani padi yang memiliki lebih dari 20 hektar sawah di desanya. Pria tersebut, melihat tahun ini Telang Rejo adalah berlian yang belum tergosok. Ditangannya saluran-saluran irigasi dikeruk dan dinormalisasi. Tanpa lelah dia tembusi instansi pemerintah untuk minta bantuan dengan data meyakinkan. Air mengalir lancar.
“Panen padi bisa dua kali setahun dari sebelumnya sekali. Rata-rata warga memiliki lahan 3 hektare. Petani taman padi dengan cara sebar dan olah tanah cepat. Setiap kali panen petani harus antri karena tenaga kerja terbatas. Panen sering rusak dan sistem bagi hasil merugikan petani. Petani hanya dapat 40 persen sisanya pekerja panen. Harus ada mesin yang mengerjakan ini baik olah maupun panen,” kata Hendrik di Banyuasin, Selasa (8/1).
Kerja keras berikutnya yang dilakukan Hendrik adalah berjuang untuk mendapatkan bantuan alat mesin pertanian berupa hand traktor, traktor roda 4 dan combine harvester. Selain itu dia memfasilitasi sewa alat-alat itu dari luar provinsi seperti lampung saat panen raya. Tak kurang 30 combine besar mengais rejeki di Telang Rejo.
Upaya Hendrik akhirnya berbuah manis. Hamparan sawah itu akhirnya dipilih oleh Kementerian Pertanian sebagai lokasi percontohan program #Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani). Suatu program yang bertujuan menjadikan rawa pasang surut Banyuasin jadi lumbung pangan Nasional dengan IP 300 dan Provitas mimimal 6 ton/ha. Pemerintah membantu apapun yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Rumah Hendrik jadi markas untuk orang-orang yang ingin tahu program ini. Tak kurang Kades, Camat, Kadistan Provinsi, Pejabat eselon II Pusat sekelas Sesdit, Sesba, Kepala Pusat, Direktur bahkan Dirjen menginap dirumahnya untuk menggarap program #Serasi ini. Bahkan Menteri Pertanian beserta Gubernur mencanangkan Program ini dihalaman rumahnya.
“Mimpi saya telah menjadi nyata, bahkan lebih dari yang saya pikirkan, Tuhan Maha Baik dan memberi cara dari jalan yang tidak disangka-sangka,” ucap Hendrik.
Saat ini tak kurang 70 unit eksavator, 60 handtraktor, 40 traktor roda empat, 30 combine menderu-deru dipersawahan Telang Rejo dan sekitarnya.
“Saya sedang mewujudkan impian, bukan untuk saya saja tapi untuk kedaulatan pangan umat manusia,” pungkas Hendrik.***
Sumber: Republika