Peningkatan produktivitas tembakau menjadi perhatian Pemkab Sukoharjo. Itu diwujudkan dengan membangun jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) dan jalan usaha tani (JUT). Anggaran yang digunakan berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) 2021.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo Bagas Windaryatno mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan pengecekan pelaksanaan kegiatan yang didanai DBHCHT.
Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo mendapatkan anggaran senilai Rp 912 juta dari DBHCHT 2021 untuk bidang kesejahteraan masyarakat dalam program peningkatan kualitas bahan baku.
“Pembangunan jalan usaha tani salah satunya di Desa Pondok, Kecamatan Grogol yang merupakan salah satu wilayah yang menanam tembakau,” kata Bagas, Kamis 4 November 2021.
Diterangkannya, secara umum, anggaran yang diterima Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo dari DBHCHT digunakan untuk pembangunan JITUT dan JUT, serta pelatihan petani tembakau.
“JUT ada empat unit, JITUT empat unit dan pelatihan petani tembakau 200 orang. Per unit untuk JUT dianggarkan Rp 100 juta, sedangkan JITUT Rp 65 juta,” kata Bagas.
Untuk JUT, imbuhnya, dibangun di Desa Blimbing, Kecamatan Gatak; Desa Kudu, Kecamatan Baki; Desa Karanganyar, Kecamatan Weru, dan Desa Pondok, Kecamatan Grogol.
Lalu untuk JITUT, dibangun di Desa Kagokan dan Sanggung, Kecamatan Gatak; Desa Menuran, Kecamatan Baki serta Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura.
“JUT di Desa Pondok memiliki panjang 150 meter, ketebalan 12 sentimeter, dan lebar 2,5 meter. Pengerjaan cor dengan tulang besi.”
“Kalau jalan usaha taninya bagus, mengangkut hasil panen juga cepat. Yang pada akhirnya menghemat biaya produksi karena tidak ada kendala,” ungkap kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo.
Bagas berpesan kepada para kelompok tani, pemerintah desa, dan pendamping petani untuk merawat jalan dan saluran yang sudah dibuat agar infrastruktur tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
“Mendapatkan anggaran dari DBHCHT untuk membangun infrastruktur di desa ini juga merupakan salah satu keuntungan pemerintah desa,” tuturnya.
Terkait sentra tanaman tembakau di Kabupaten Sukoharjo, Bagas menyebut tersebar di Kecamatan Grogol, Baki, Gatak, Weru dan Kartasura. Rata-rata per hektare bisa menghasilkan 25 ton tembakau.
“Saat ini ada 80 hektare tanaman tembakau. Kami berupaya mempertahankannya. Kalau bisa, ya akan kami tambah luas lahan tanam tembakaunya,” ucap Bagas.
Tak kalah menggembirakan yakni peningkatan produksi tembakau pada tahun ini, yakni mencapai 28 ton. Sebab itu, Bagas berharap, alokasi anggaran dari DBHCHT tahun depan dapat meningkat.
Pemkab Sukoharjo juga berupaya memfasilitasi kemitraan kelompok tani dengan pedagang besar untuk melakukan pembelian tembakau sesuai dengan harga pasar. Kemitraan ini sudah berlangsung sejak lama guna memberikan kepastian pembeliam tembakau hasil panen petani. (sumber berita: Radarsolo)