Thinkway Logo

Cengkeh, Sumber Kehidupan Warga Pacar, Manggarai Barat

Desa Pacar yang merupakan salah satu desa penghasil cengkeh di Kecamatan Pacar Kabupaten Manggarai Barat, yang dominan masyarakatnya mengandalkan cengkeh sebagai penghasilan terbesar guna memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun dalam jangka waktu yang panjang. 

Masyarakat Desa Pacar awalnya berprofesi sebagai petani sawah, kemudian beralih menanam cengkeh karena penghasilan cengkeh lebih besar dari pada bertani sawah, karena dapat menunjang perekonomian masyarakat desa setempat.

Sebagian besar masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Pacar menekuni pekerjaan sebagai petani cengkeh, mereka menekuni pekerjaan tersebut semenjak tahun 1980 hingga sekarang. 

Pekerjaan masyarakat sebagai petani cengkeh di Desa Pacar sudah terbilang cukup lama, sehingga kehidupan atau tingkat kesejahteraan petani juga sudah terbilang cukup memadai hingga saat ini.

Panen cengkeh dilakukan setiap satu tahun sekali yaitu ketika cengkeh berbunga pada sekitar bulan Juli sampai September. Luas lahan perkebunan cengkeh di desa Pacar diperkirakan mencapai 140 Ha. Akan tetapi masyarakat Pacar memiliki cara tersendiri dalam mengukur luas lahan perkebunan. 

Masyarakat menggunakan satuan pohon (patok) yang mereka tanam di kebun. Untuk petani kecil jumlah pohon cengkeh yang mereka kelolah mecapai 60-80 pohon, sedangkan untuk petani besar jumlah cengkeh yang ditanam di kebunnya mencapai kira-kira 200-400 pohon. 

Harga cengkeh saat ini berkisar antara 85.000-105.000 per kg. Dalam satu kali panen, pasca musim panen, petani kecil dapat memeperoleh cengkeh hingga 200 kg- 500 kg dengan keuntungan hingga 57 juta. Jika dihitung perbulannya petani kecil ini mendapatkan penghasilan sebesar 4-5 juta. 

Untuk petani besar, mereka dapat memperoleh cengkeh paling banyak 2 ton- 3 ton dengan keuntungan hingga  Rp 230-300 juta. Jika dihitung perbulannya petani besar ini mendapatkan penghasilannya hingga Rp 19-20 juta. Ketika masa panen masyarakat desa Pacar, cenderung untuk mendatangkan buruh petik dari desa lain yaitu Desa Wewak dan Mawe.

Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga kerja di desa akibat keluarnya muda-mudi dari desa untuk melanjutkan sekolah di kota kabupaten, maupun keluar pulau.

Buruh cengkeh di Pacar (Dokumentasi pribadi)

Rata-rata setiap keluarga menyewa 6-30 orang buruh petik. Para buruh tersebut diminta atau dipesan langsung oleh petani sebelum masa panen tiba. Para buruh akan mendapat upah Rp 60.000- Rp 70.000 per hari di luar uang makan dan minum.

Biasanya makan pagi dan makan siang para buruh akan ditanggung oleh petani cengkeh. Terdapat dua pilihan bagi masyarakat Pacar untuk menjual cengkeh pasca panen. Jika masyarakat menjual cengkeh dalam jumlah kecil, maka mereka akan menjualnya langsung ke tengkulak terdekat. Tengkulak setempat hanya melayani pembelian hasil kebun dengan berat di bawah 100 kg.

Keuntungan yang diambil para tengkulak ini hanya sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogramnya dari harga asli di pasar. Selain menjual hasil kebun ke tengkulak, masyarakat juga memilih untuk menjualnya langsung ke tengkulak besar yang ada di kota kabupaten.

Dalam satu kali panen bersih dengan kata lain memanen seluruh hasil dalam satu kebun, masyarakat bisa memperoleh hasil berkisar antara 300 kg- 500 kg untuk petani kecil, sedangkan untuk petani yang memiliki lahan besar bisa mencapai 3 ton. Penghasilan yang diperoleh tergantung dengan harga jual cengkeh saat itu.

Nilai dan norma yang dimiliki petani juga menentukan bagaimana cara mereka menjalani hidup mereka sebagai petani. Petani cengkeh percaya bahwa alam telah menyediakan segala sesuatunya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bagaimana keadaan manusia ditentukan oleh bagaimana cara manusia itu menjalani kehidupannya.

Petani cengkeh memiliki pandangan hidup untuk dapat memanfaatkan segala sesuatu yang sudah disediakan alam dengan searif mungkin dan mengoptimalkan apa yang bisa dikelola dari alam, tanpa selalu mengharapkan belas kasihan dari pemerintah (Malik dkk : 2015).

Beberapa petani memilih untuk tidak menjual semua hasil kebun mereka. Sebagian hasil panen akan mereka sisihkan 1 hingga 2 karung sebagai simpanan.

Simpanan cengkeh ini akan dipakai ketika uang hasil panen sudah habis. Simpanan ini akan dijual perlahan, dimana mereka akan menjualnya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan belanja kebutuhan rumah.***

Kraeng Guido, Kompasiana

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.