Cangklong atau pipa tembakau begitu identik dengan karakter fiksi semisal Popeye atau Detektif Sherlock Holmes. Di Indonesia, kehadiran cangklong seakan tidak dapat dipisahkan dari diri seorang maestro lukis Affandi.
Peran cangklong tidak jauh berbeda dengan rokok atau cerutu. Sama-sama menjadikan tembakau sebagai sajian menu utama. Namun untuk dapat menikmati cangklong diperlukan cara khusus yang tidak sama dengan merokok.
“Jelas berbeda dengan merokok karena nyangklong adalah menikmati tembakau secara telanjang. Proses pembuatan tembakau juga sudah berbeda,” ujar pegiat cangklong Bandung dan pemilik Pipe Boy, Ranzho Silveranno.
Untuk dapat menikmati tembakau dengan cangklong, tidak perlu menghisap asap hingga masuk ke paru-paru seperti kebiasaan merokok pada umumnya. Alasan yang membuat para pemula kerap terbatuk saat menikmati cangklong.
Asap tembakau dari cangklong cukup dikumur di dalam rongga mulut. Menghisapnya juga harus secara perlahan seraya menikmati pahit dan pekatnya rasa tembakau. Setelah itu rasakan after taste dan aroma yang tersaji. “Ini soal rasa. Tidak perlu inheal (dihisap) seperti merokok biasa, cukup dikumur. Karena untuk dapat menikmati rasa ada di mulut bukan paru-paru,” ujar Ranzho seraya menghisap cangklong.
Lalu apa perbedaan antara tembakau cangklong dan rokok? Itu terdapat pada tingkat kelembapannya. Tembakau pada cangkong memiliki kadar kelembapan yang lebih tinggi dari rokok. Sehingga bara api dalam lebih cepat padam. Tekstur dari tembakau cangklong berukuran lebih besar dari rokok. Sehingga perlu disimpan dalam ruang tertutup kedap udara yang jauh dari jangkauan sinar matahari. Wajar jika kemudian rasa tembakau yang dihasilkan lebih kuat.
“Proses pembuatan tembakau cangklong berbeda karena lebih kasar dan lembab dari rokok. Kalau rokok memiliki tekstur tembakau yang halus dan kering,” ujar pengurus Jakarta Pipe Club, Audi Adhikara.
Biasanya tembakau cangklong disimpan dalam kaleng tertutup. Namun setiap tiga minggu sekali, kaleng perlu dibuka selama kurang lebih 10 menit agar siklus udara berganti. Seperti minuman anggur karena semakin lama tembakau disimpan maka akan menghasilkan rasa yang semakin kuat dan enak. Tidak heran jika beberapa pipe boy kerap menyimpan tembakau hingga belasan tahun lamanya sebelum dinikmati.
Tembakau cangklong memiliki rasa yang berbeda tergantung daerah produksinya. Tembakau buatan Indonesia memiliki rasa alami yang cenderung beraroma tanah. Sementara di Eropa, tembakau yang dihasilkan lebih hangat dan asam. Tidak melulu soal rasa alami karena tembakau cangklong dapat dipadupadankan dengan beragam aroma lain seperti vanila maupun mint. Tentu tidak menggunakan essence atau perasa buatan seperti pada liquid vape.
“Tidak pakai essence. Kalau mau dapat rasa vanila maka tembakau direndam bersama vanila sesungguhnya selama beberapa bulan. Rasanya lebih alami dan asli,” ujar Audi.
Maka wajar jika cangklong dinilai lebih sehat dari rokok. Bahkan ilmu kedokteran mengajurkan nyangklong sebagai terapi untuk berhenti merokok dan pengobatan psikoaktif. Adapun harga cangklong berkisar antara Rp450.000 hingga jutaan rupiah. Brand kenamaan dunia seperti Tao dan Dunhill bahkan menjual cangklong hingga mencapai Rp 100 juta.
Untuk tembakau produksi luar negeri memiliki kisaran harga antara Rp200.000 hingga Rp400.000 dengan berat bersih 50 gram. Sementara untuk tembakau dalam negeri berkisar di harga Rp50.000 hingga Rp150.000.
“Kalau dihitung, nyangklong lebih irit dari merokok. Sekali beli tembakau bisa untuk dua minggu. Lalu stem juga dapat diganti jadi rasa lebih variatif,” ujar Audi.
Di Bandung, cangklong dan tembakaunya dapat didapat di beberapa gerai toko seperti Galura 99 di Jalan Laswi. Heros Custom di Cikapundung dan Blue Gress di Jalan Purnawarman.***
Sumber: AyoBandung