Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut. Terletak sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya.
Gunung Galunggung menjadi salah satu destinasi wisata di Tasikmalaya dengan menyuguhkan panorama alam dan kawah serta sumber air panas alami.
Untuk mencapai ke objek wisata Gunung Galunggung dibutuhkan waktu sekira 30 menit dari pusat Kota Tasikmalaya dengan menggunakan roda 2, dan sekira 45 menit kalau menggunakan roda 4.
Para wisatawan yang datang disuguhkan dengan dua pilihan wahana wisata. Ada kawah Gunung Galunggung dan kolam pemandian air panas. Di gerbang pintu masuk, jika ingin ke kolam pemandian air panas, wisatawan tinggal belok ke kanan, sedangkan kalau ingin ke kawah tinggal jalan lurus menaiki tanjakan.
Ada juga tempat yang bisa dijadikan sarana istirahat. Tempat ini dinamakan Shelter Galunggung. Seperti artinya, yakni meluangkang, di Shelter Galunggung pengunjung bisa beristirahat dengan nyaman. Apalagi ditemani dengan seduhan secangkir kopi yang harum dan melegakan pikiran.
Pengelola Shelter Galunggung, Ridwan Nasruloh mengatakan, tempat ngopi yang dikelolanya tersebut berada di kaki Galunggung sebelah kiri jalan menuju ke puncak kawah sekira 50 meter dari pintu gerbang masuk.
“Para wisatawan yang datang ke Galunggung baik sesudah maupun sebelum berwisata bisa singgah dulu di Shelter Galunggung,” ujar Ridwan, belum lama ini.
Menjajal Trek Downhill Berpasir di Galunggung Bike Park Kopi Khas Galunggung Shelter Galunggung setidaknya menyediakan kopi, seperti umumnya kafe-kafe lain. Yakni jenis arabica dan robusta. Namun yang membuatnya khas, kopi-kopi ini merupakan hasil tanam warga sekitar di Gunung Galunggung.
“Kami fokusnya di kopi lokal karena lebih unik rasanya. Biasanya tanaman kopi yang tumbuh di pegunungan vulkanik itu rasanya lebih unik, lebih subur, dan lebih enak,” ucapnya.
Di samping itu, dengan mengutamakan produk kopi lokal, setidaknya bisa membantu para petani kopi Galunggung dalam proses pemasaran dan penjualan. “Ya pemberdayaan masyarakat yang menanam kopi juga di sekitar Galunggung,” ungkapnya.
Shelter Galunggung mengambil konsep healing forest, yakni konsep recovery dan refreshing. Orang-orang yang lelah usai bekerja atau berwisata bisa menyegarkan pikiran dengan suasana alam. Pun kopi yang menyehatkan tubuh, membuat diri serasa makin dimanjakan.
“Ngopi atau nongkrong di Shelter Galunggung bisa menikmati pemandangan Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, serta ke pegunungan Gunung Syawal Kabupaten Ciamis,” tuturnya.
Lokasinya yang strategis di tengah pepohonan pinus dan udara yang sejuk, akan membuat para pengunjung betah dan ingin berlama-lama kongkow bersama teman, sahabat, atau orang terkasih, dan keluarga.
“Kalau kondisi normal sebelum ada pandemi bisa melihat pemandangan city light. Karena pandemi waktu kunjungan pun dibatasi hanya sampai pukul 16.00 WIB,” ujarnya.
Ridwan menjelaskan pengunjung yang menyinggahi shelternya datang dari berbagai kalangan. Dari pelancong biasa hingga artis dan pemain bola. “Ada yang berasal dari Jakarta, Bogor, dan Tanggerang. Mereka sengaja datang ke sini sekadar ngopi dan menikmati pemandangan saja,” ucap Ridwan.
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia hampir satu tahun ini tentu saja turut berdampak terhadap usaha kedai kopi seperti Shelter Galunggung. Di akhir pekan pengunjung yang datang bisa sampai 500 orang. Andai pembatasan operasional tak berlaku, kopi yang terjual bisa sampai seribu cup.
“Di masa pandemi ini ada penurunan jumlah pengunjung sekira 50%. Biasanya kan orang datang ke sini seusai bekerja tapi lantaran dibatasi sampai pukul 16.00 WIB,” tandasnya.
“Selama pandemi Covid-19 kami terapkan protokol Kesehatan. Seperti kursi yang disediakan jaraknya cukup jauh dengan kursi-kursi lainnya sehingga tidak ada kerumunan dan tempatnya juga terbuka,” ungkapnya.
Nabila Attamimi warga Kecamatan Bungursari mengatakan, dirinya baru kali ini ngopi di Shelter Galunggung. Dia mengaku diajak teman untuk ngopi di tempat ini. “Suasana adem banyak pepohonan. Bikin betah di sini,” ujar Nabila.
Hal senada disampaikan pengunjung Shelter Galunggung lainnya, Denden Ahdani warga Kecamatan Purbaratu. Ia juga mengaku kali pertama ke Shelter Galunggung dan ternyata tempatnya nyaman bisa menikmati udara pegunungan yang kaya oksigen. “Kopi lokal Galunggung enak juga, gak kalah enak dengan kopi-kopi lokal lainnya. Saya pesan arabica V sixty,” ucapnya.*
Penulis: Heru Rukanda.