KUALITAS tembakau sangat menentukan harga di pasaran. Maka, petani wajib menjaga kualitas tembakau yang ditanam. Seperti dilakukan petani tembakau di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Katen. Mereka sudah memanen tembakau asepan dengan kualitas ekspor.
Saat ini memasuki musim panen raya tembakau, terutama di Kecamatan Kalikotes. Juwandi, 53, petani tembakau asal Desa Karangpakel, Trucuk mengaku punya lahan tembakau di Kalikotes. Tak asal tanam, dia benar-benar menjaga kualitas tembakau hasil panenan.
“Saya kembangkan tembakau jenis grompol Jatim untuk diekspor ke negara-negara Eropa. Mengingat tembakau ini digunakan untuk isi cerutu. Total lahan tembakau yang saya tanam sekitar 5 hektare,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Solo, Sabtu 28 Agustus 2021.
Diakuinya, sempat alami kendala di awal masa tanam tembakau, akhir Mei lalu. Mengingat saat itu masih musim penghujan. Sangat memengaruhi tumbuh kembang tanaman tembakau. Berbagai upaya dilakukannya agar tembakau tetap tumbuh subur.
Selama perawatan, Juwandi tanpa gunakan pestisida kimia, untuk memberantas ulat pada daun tembakau. Mengingat tembakau itu kelak akan digunakan sebagai isi cerutu. Jika tercampur zat kimia, dikhawatirkan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen. Apalagi, negara-negara tujuan ekspor di Eropa sangat memerhatikan kualitas.
“Tiap hektare bisa panen minimal 20-30 ton tembakau basah. Setelah ini prosesnya ditata dengan cara ditusuk. Kemudian dioven sampai berwarna gelap. Setelah nanti kering, disortir. Disesuaikan tingkat kualitas tembakau yang dihasilkan,” bebernya.
Pria yang juga Humas Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten ini menambahkan, ekspor tembakau ke Eropa menjalin kemitraan dengan sebuah perusahaan. Ada pun harga jualnya mulai dari Rp 16.000-Rp 40.000 per kilogram (kg). Tergantung kualitasnya.
Sejatinya, Juwandi tidak hanya menanam tembakau di Klaten saja. Tetapi juga di Kabupaten Wonogiri dengan luas lahan 25 hektare. Mengingat permintaan pasar cukup tinggi, sejauh ini belum bisa dipenuhi oleh petani tembakau di Indonesia. Namun, dia belum ada keinginan memperluas lahan tanam tembakau. Karena dinilai sudah maksimal.
“Saya cukup meng-handle yang ada saja. Karena hasilnya sudah miliaran rupiah. Memang pasarnya terbuka lebar. Karena di Eropa masih kekurangan. Dalam proses pengelolaan tanaman tembakau ini, saya melibatkan sekitar 40 buruh tani,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua I APTI Jawa Tengah Kadarwati saat mengunjungi lahan tembakau di Kecamatan Kalikotes menambahkan, luas tanam tembakau di Klaten, tahun ini diprediksi menyusut 30 persen. Data Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, luas tanam pada 2020 untuk tembakau rajangan 1.590,60 hektare dan tembakau asepan 1.440,60 hektare. “Disebabkan sejumlah faktor. Mulai dari petani tidak memiliki modal karena beberapa kali merugi, hingga cuaca yang tidak menentu. Sudah saatnya pemerintah memberi pemihakan kepada para petani tembakau,” urainya.
Setidaknya. petani tembakau terlindungi ketika mengalami gagal panen melalui jaminan asuransi. Termasuk pemihakan bagi kesehatan petani tembakau. Terpenting juga, bisa melindungi perdagangan dan menghubungkan dengan kemitraan. Supaya kesejahteraan petani terjamin dan tidak dipermainkan tengkulak. (Sumber: Jawapos Radar Solo)