Tim peneliti dari perusahaan biofarmasi yang berbasis di Kanada, Medicago, tengah mengembangkan kandidat vaksin Covid-19 dua dosis yang berbahan dasar nabati, termasuk memiliki kandungan tembakau di dalamnya.
Nnatinya, semak tembakau digunakan guna menghasilkan partikel mirip virus corona penyebab sakit Covid-19 yang kini telah menginfeksi jutaan manusia di seluruh dunia.
Andai uji klinis tahap akhir kandidat vaksin ini berhasil, maka vaksin ini diklaim dapat dibuat lebih cepat dan dijual lebih murah, serta lebih mudah didistribusikan daripada vaksin yang ada sekarang.
Dikutip Suara.com dari Daily Mail, vaksin virus corona Medicago dibuat menggunakan varian tanaman tembakau dengan menggunakan partikel mirip virus (VLP).
VLP yang merupakan molekul sangat mirip dengan virus tetapi tidak mengandung materi genetik, ditambahkan ke tanah untuk kemudian diserap oleh tanaman tembakau saat tumbuh.
Tembakau akan tumbuh sembari terus membentuk virus corona untuk melatih sistem kekebalan dan mengenalinya dan meningkatkan respon kekebalan tubuh.
Metode ini berbeda dengan vaksin lain yang telah digunakan di dunia di mana umumnya bekerja menargetkan lonjakan protein di luar virus, bukan menyerupai struktur virus secara keseluruhan.
“Yang harus Anda lakukan adalah mengekstrak lonjakan protein dari tanaman, dari daun, dan Anda memiliki vaksinnya,” kata Dr Matthew Hong dari Wake Research di Raleigh, Carolina Utara kepada ABC News 11.
Matthew Hong juga mengatakan bagaimana pembuatan kandidat vaksin ini jauh lebih mudah daripada vaksin pada umumnya, tanpa peralatan penelitian konvensional.
“Anda tidak membutuhkan alat pendukung lainnya, dan semua mesin serta semua peralatan yang digunakan untuk membuat virus,” tambahnya.
Selain itu, karena partikelnya berasal dari tumbuhan, kandidat vaksin ini dipercaya akan mengandung lebih sedikit reaksi alergi merugikan yang akan dialami.
Kekinian Medicago tengah mencari dan merekrut 30 ribu peserta dari seluruh dunia untuk melakukan uji coba fase III.
Dari data awal uji coba fase I, vaksin diklaim menghasilkan antibodi 10 kali lebih banyak daripada penyintas Covid-19.
Sayangnya, jumlah responden vaksin semakin sulit ditemukan karena rerata relawan yang berusia 18 tahun atau lebih, telah menerima setidaknya satu dosis vaksin merek lain. (Sumber: Suara.com)