Harga rokok secara perlahan mengalami kenaikan dan menyumbang inflasi November 2019 seiring dengan wacana kenaikan cukai rokok pada awal tahun depan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menyatakan selain bahan makanan, rokok tercatat mulai menyumbang inflasi pada November 2019. Dari total inflasi November sebesar 0,14%, rokok kretek dan filter masing-masing mengalami inflasi 0,01%.
“Rokok di lapangan, pada level konsumsi naik pelan-pelan, dan masing-masing juga menyumbang 0,01%, dan ini terlihat antisipasi dari rencana kenaikan rokok, jadi pelan-pelan sudah naik,” jelas Suhariyanto di Kantor BPS, Senin (2/12/2019).
Secara teperinci, dari komponen rokok, tembakau, serta makanan dan minuman jadi mencatat inflasi pada November adalah 0,25%. Adapun andil komoditas ini terhadap inflasi November adalah sebesar 0,04%.
Beberapa kelompok pengeluaran lain yang mengalami inflasi adalah perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang naik pada inflasi sebesar 0,12%, dengan andil pada inflasi November sebesar 0,03%.
Untuk kelompok kesehatan, juga mengalami inflasi pada November 2019 sebesar 0,23% dengan andil pada inflasi bulan lalu sebesar 0,01%. Beberapa kelompok yang mengalami inflasi tetapi tidak memberikan sumbangan pada inflasi November adalah kelompok sandang, lalu pendidikan, rekreasi, dan olahraga.
Untuk kelompok kesehatan mengalami inflasi November 0,03% dan untuk kelompok pendidikan, rekreasi juga olah raga mencatatkan inflasi 0,02%.
Satu-satunya kelompok pengeluaran yang sepanjang November tidak menyumbang inflasi alias deflasi adalah transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi -0,07% pada November, dan memberi andil sebesar -0,01%.
Asal tahu saja, BPS merilis angka inflasi pada November 2019 sebesar 0,14% dan 3,00% (yoy). Dia menyatakan, dari total 82 kota, ada 57 kota yang mengalami inflasi, dan 25 kota mengalami deflasi. Adapun Inflasi Tahun Kalender November 2019 terhadap Desember 2018 tercatat 2,37%.
Pasalnya, inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,30%, dan inflasi terendah di Malang 0,01%. Adapun untuk deflasi tertinggi, kata Suhariyanto terjadi di Tanjung Pandan -1,06% dan deflasi terendah ada di Batam dan Denpasar masing-masing -0,01%.***
Sumber: Bisnis