Berbelanja ke Pasar Badung tidak melulu soal membeli sayuran atau kebutuhan pokok. Ke Pasar Badung juga tidak hanya bisa membeli peralatan sembahyang atau kebaya. Di sana pembeli juga dapat menemukan penjual-penjual tembakau dari berbagai daerah.
Ketut Surtiani, pedagang asal Beten Nyuh, Karangasem telah lama berjualan di Pasar Badung, yakni mulai 1993. Saat itu dia masih berjualan sayur, tetapi lacur, usahanya bangkrut.
“Saya beralih berjualan tembakau karena banyak pelanggan yang bangkrut saat Bom Bali,” jelas wanita kelahiran 1965 tersebut. Dia menambahkan, tembakau yang dijual adalah jenis tembakau susur dan tembakau rokok. “Saya jual jenis tembakau Lombok Barat dan Timur. Barangnya dikirim dari Lombok,” jelasnya.
Satu bal dia membeli seharga Rp 3 juta. Sementara untuk satu kilogram seharga Rp 70 ribu. “Harga tembakau tidak terlalu naik. Kalau pas tidak ada barang, baru naik. Ini termasuk stabil. Kadang barang susah didapatkan pada Maret, karena memang musim panen padi. Kan tanamnya bolak-balik sama padi,” jelas wanita yang tinggal di Jalan Gunung Agung, Denpasar tersebut.
Meskipun barang mahal atau susah dicari, dia pasti punya stok. “Pelanggan saya banyak dari Gelogor Carik, Sesetan, Kerobokan. Per hari laku sekitar 2-5 kilogram. Omzet sehari mencapai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Kalau pelanggan datang, ya lumayan. Kalau pelanggan gak ada, dijual eceran saja,” jelasnya sembari mengunyah tembakau.
Surtiani menerangkan, memilih berjualan tembakau karena anjuran dari temannya. Temannya menyarankan dia menjual tembakau, karena, berjualan sayur sering rugi. Pasalnya, jika tidak laku, sayur akan rusak. “Kalau tembakau, barangnya kan tidak bisa rusak. Biarpun bertahun-tahun tidak akan rusak. Apalagi kalau barangnya memang bagus,” jelasnya.
Surtiani pun memamerkan salah satu tembakau yang dia sebut memiliki kualitas paling bagus, yakni jenis tembakau hasil panen petani Desa Guwang, Sukawati. “Bagus barangnya. Harganya juga bagus. Satu kilo Rp 150 ribu. Mahal memang, tapi bagus barangnya. Selain itu, saya juga jual yang dari Jawa,” terangnya.
Dia juga menceritakan pengalamannya menggunakan tembakau untuk disusur. Menurutnya, dibanding tembakau lainnya, tembakau Guwang dan Sukawati memang lebih enak. “Saat disising, kepala saya langsung berasa seperti besar. Saya baru-baru ini menikmati tembakau. Kalau sehari saja tidak pakai, mulut saya terasa dingin. Ini seperti merokok juga. Ya, ini pengalaman saya pribadi,” jelas Surtiani yang mulai berjualan di Pasar Badung dari pukul 06.00 pagi itu.***
Sumber: Bali Express