Industri Hasil Tembakau (IHT) tercatat sebagai sektor padat karya yang telah menyerap banyak tenaga kerja. Kementerian Perindustrian mencatat, total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri rokok sebanyak 5,98 juta orang.
Total jumlah tenaga kerja yang terserap terdiri dari 4,28 juta adalah pekerja di sektor manufaktur dan distribusi, serta sisanya 1,7 juta bekerja di sektor perkebunan.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, ratusan ribu para pekerja linting sigaret kretek tangan (SKT), yang banyak tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, adalah pahlawan industri di Indonesia.
Mereka turut berkontribusi dalam menyumbangkan penerimaan cukai bagi negara, yang pada tahun 2018 mencapai Rp 153 triliun.
“Ibu-ibu merupakan pejuang industri. Di dalam setiap rupiah (yang disumbangkan ke negara), ada usaha, kerja keras, dan keringat ibu-ibu. Oleh karena itu, ibu-ibu adalah pahlawannya industri,” kata Airlangga di sela-sela acara silaturahim dengan para pekerja linting di pusat fasilitas produksi PT HM Sampoerna Tbk.
Dalam dua minggu terakhir, Airlangga, yang memimpin Kementerian Perindustrian sejak Juli 2016 ini, telah menemui sekitar 8.000 pekerja linting SKT yang tersebar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menekankan pentingnya industri hasil tembakau yang telah menopang perekonomian Indonesia. Industri ini dipandang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Data Kemenperin, industri yang telah eksis selama lebih dari satu abad ini melibatkan sekitar enam juta tenaga kerja di Indonesia.
Tak hanya itu, industri rokok juga dinilai sebagai sektor yang berorientasi ekspor sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi. Pada 2018 lalu, nilai ekspor rokok dan cerutu meningkat 2,98% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 904,7 juta.***
Sumber: Detik