THINKWAY.ID – Hari ini (30/1) diperingati sebagai Hari Primata Indonesia atau Indonesian Primate Day. Peringatan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan atas maraknya perdagangan illegal primata Indonesia.
Primata merupakan mamalia yang memiliki otak relatif besar dan penglihatan stereoskopis, seperti orang utan, kera, monyet, babon, beruk, kukang, simpanse, tarsisus, beruk, lutung, owa, siamang, simakobu, bekantan, dan lain-lain.
Indonesia memiliki biodiversitas satwa primata tertinggi di dunia dengan 61 spesies dari sekitar 479 spesies yang ada di dunia. Ini terdiri dari 5 famili dari 11 genus dan 38 di antaranya merupakan endemik atau hanya ada di Indonesia. Beberapa primata di Indonesia tergolong sebagai hewan langka yang terancam punah.
Peringatan Hari Primata Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar turut melestarikan primata sekaligus melestarikan habitat mereka. 2014 jadi tahun saat kali pertama peringatan ini dicanangkan. Diinisiasi oleh ProFauna Indonesia, yayasan sosial yang bergerak di bidang konservasi hutan dan perlindungan satwa liar.
Primata punya peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Banyak jenis primata yang menjadi indikator soal kondisi hutan atau ekosistem yang masih bagus. Semakin ke sini, nasib primata di Indonesia semakin mengenaskan. Primata Indonesia terus menerus kehilangan habitatnya. Perdagangan primata jadi sebuah ancaman serius. Tercatat, ribuan primata Indonesia ditangkap dari alam untuk diperdagangkan setiap tahunnya.
Masyarakat diharapkan sadar bahwa primata bukan satwa peliharaan. Sayangnya, memelihara primata malah justru dijadikan sebuah hobi oleh sebagian masyarakat. Hal ini turut memberikan andil bagi kepunahan primata.
Langkah sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam peringatan ini adalah melepasliarkan primata tertentu yang dilindungi untuk kembali ke habitat asalnya. Memelihara primata di rumah, akan merusak naluri ilmiah primata tersebut. Melepasliarkan adalah satu-satunya cara agar setidaknya, primata kembali ke habitat aslinya.
Orang Utan
Salah satu primata asli Indonesia adalah orang utan. Di beberapa daerah, mereka juga disebut dengan mawas atau mias. Kata orang utan berasal dari bahasa Melayu yakni “orang” yang berarti manusia dan “utan” yang berarti hutan. Secara harfiah, orang utan berarti manusia dari hutan. Orang utan kini hanya ada di Sumatera dan Kalimantan.
Menurut National Geographic, orang utan berbagi 96,4% materi genetik yang sama dengan manusia. Ciri utama orang utan adalah rambut berwarna kemerahan di hampir seluruh badannya. Orang utan tak bisa berjalan tegak, tidak seperti gorila. Satwa ini termasuk mamalia arboreal terbesar yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di pepohonan. Orang utan biasanya memiliki tinggi antara 1,2 meter hingga 1,5 meter dengan rentang lengan dengan panjang hingga 2 meter. Mamalia ini tergolong makhluk soliter.
Pejantan memiliki kantong tenggorokan yang besar dan flap pipi besar yang disebut flensa. Flap inilah yang membuat mereka menarik di mata betina. Selain itu, betina hanya memiliki tinggi 1,2 meter dan berat 36 kg.
Hal Istimewa dari Orang Utan
Karena kemiripan materi genetik dengan manusia tersebut, maka tak heran orang utan terhitung cerdas. Dalam trilogi film Planet of The Apes (2011-2017), muncul karakter bernama Maurice, orang utan yang punya peran vital. Maurice diceritakan menjadi pemberi masukan utama dan tangan kanan Caesar, simpanse paling cerdas dan protagonis utama dalam film tersebut.
Orang utan merupakan salah satu makhluk paling berisik di dunia. DI hutan-hutan tertentu di Sumatera dan Kalimantan, sering kali terdengar suara lolongan, jeritan, hingga tangisan di balik pohon besar., Suara ini biasanya dilakukan oleh orang utan jantan jika ada ancaman dari luar. Ini bisa dianggap sebagai peringatan awal untuk melindungi teritori mereka.
Russel Wallace, naturalis asal Inggris mencatat bahwa orang utan betina punya kebiasaan melempar ranting dan dahan untuk bertahan dari ancaman. Orang utan jantan mengandalkan taring dan kekuatan tubuhnya (The Malay Archipelago).
Orang utan termasuk primata yang punya kemampuan kognitif lebih tinggi daripada jenis kera lainnya. Level kecerdasan orang utan terlihat dari kemampuannya membuat beragam alat untuk hidup di alam liar. Beberapa tanda kecerdasan orang utan antara lain perilaku, kebiasaan, dan cara mereka menggunakan sesuatu sebagai alat bantu.
Melalui latihan tetentu, satwa ini juga mampu menunjuk warna, mengangkat bahu, bahkan menggelengkan kepala. Jika orang utan membanting tubuh sendiri ke tanah, tandanya ia sedang merasa senang dan bangga, kadang-kadang sambil bertepuk tangan. Selain itu, orang utan juga dikenal piawai menggunakan bahasa isyarat. Menurut penelitian, orang utan juga bisa mengenali dirinya sendiri lewat bayangan.
Para ahli meneliti bahwa orang utan kerap menggunakan ranting sebagai alat untuk menyendok rayap keluar dari lubang di pohon untuk semacam kudapan, atau untuk mengambil madu. Sebuah tongkat kadang ditemukan, berfungsi sebagai pengambil biji untuk memanen biji dari buah yang keras. Kadang ditemukan orang utan menggunakan kayu untuk menggaruk badan sendiri.
Orang utan juga mengumpulkan dahan, daun, dan ranting untuk membangun sarang yang digunakan untuk keperluan tidur, umumnya di atas pohon yang tinggi untuk melindungi mereka dari ancaman binatang buas. Bahkan saat musim hujan, orang utan bisa berpikir untuk membangun atap pada sarang mereka.
Kekuatan tangan orang utan sekira 500 pound, setara 8 kali kekuatan tangan manusia dewasa. Kekuatan cengkeraman diperlukan mereka agar bisa berayun dari dahan pohon satu ke pohon lainnya untuk mencari makanan dan menetap di atas pohon.
Orang Utan Sebagai Spesies Kunci
Populasi orang utan di hutan-hutan Indonesia kian susut. Sebelum 2016, status orang utan Sumatera adalah “terancam punah,”, setelah itu makin kritis karena menjadi spesies “kritis terancam punah.” Ini menunjukkan bahwa populasinya menuju ambang kepunahan.
Sebagai salah satu kerabat dekat manusia, orangutan memiliki kecerdasan tinggi. Mampu menjalin hubungan personal dan merasakan emosi, seperti duka akibat kehilangan, menunjukkan bahwa orangutan jauh lebih dekat dengan kita dari perkiraan sebelumnya.
Orang utan masuk kategori sebagai spesies kunci, karena berperan penting dalam kesehatan ekosistem hutan tropis, habitat mereka. Sembari mengonsumsi berbagai jenis buah, orang utan menjelajah jarak yang luar biasa sembari membuang biji.
Dengan melindungi orang utan di habitat alaminya, banyak spesies flora-fauna juga turut terlindungi. Kehilangan hutan tropis di Kalimantan akan menimbulkan bencana ekologis, yang tidak hanya berdampak pada masyarakat setempat, namun juga seluruh penghuni planet bumi
Jika hutan terbakar, simpanan karbon dalam jumlah besar akan terlepas ke atmosfir dan memperburuk dampak perubahan iklim. Jika hutan musnah, masyarakat setempat akan kehilangan mata pencarian dan sumber daya yang tak ternilai. Seluruh dunia pun merugi.