THINKWAY.ID – Quentin Tarantino adalah sutradara kondang Hollywood. Katalog filmnya meninggalkan warisan untuk kultur pop dunia. Mulai dari filmnya yang sangat terkenal yakni Pulp Fiction (1994), From Dusk Til Dawn (1996), Kill Bill (2003), Death Proof (2007), Inglourious Basterds (2009) dan lain-lain.
Ciri utama film-film Tarantino adalah, ia gemar memasukkan benda, karakter, elemen, atau tempat ikonik, sehingga tak heran jika hal-hal tersebut meninggalkan ingatan kuat para penontonnya.
Salah satu produk fiktif yang sangat populer adalah merek rokok fiktif Red Apple. Awalnya, Tarantino menciptakan produk imajiner ini dalam upayanya agar tak perlu repot-repot memasukkan merek dagang asli sebuah produk di dunia nyata ke dalam film-filmnya.
Menariknya, Red Apple juga mepunyai semestanya sendiri, alias muncul dalam beberapa film Tarantino. Bahkan dalam film-film yang distrudarai orang lain. Red Apple debut muncul dalam Pulp Fiction, kemudian diikuti dalam fil From Dusk Till Dawn, Four Rooms, Kill Bill: Volume 1, Planet Terror, Inglourious Basterds, Django Unchained, The Hateful Eight dan Once Upon a Time in Hollywood.
Kalau Tarantino memasukkan merk imajiner dalam film-film yang disutradarainya, beda lagi dengan penulis Indonesia, Ratih Kumala, yang menulis novel Gadis Kretek (2012). Novel ini bercerita soal pencarian sosok perempuan misterius, yang berujung pada penelusuran penggalan sejarah pabrik kretek dan lika-liku persaingan industri kretek rumahan di Indonesia. Ayu Kumala pun berhasil masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award 2012 karena respon pembaca yang positif.
Walapun novel Gadis Kretek sempat menuai perdebatan karena perkara ilustrasi sampul perempuan muda berkebaya sembari mengapit rokok yang menyala, tapi tak bisa dipungkiri, cerita yang disuguhkan dalam novel ini telah mencuri perhatian dunia. Gadis Kretek telah dialihbahasakan dalam versi bahasa Inggris dan Jerman. Atas pencapaian ini, Gadis Kerek bisa dikategorikan sebagai salah satu komponen budaya populer Indonesia.
Gadis Kretek juga memuat merek-merek rokok imajiner, dengan nama-nama yang cukup unik, sesuai dengan karakter rasa kretek saat diciptakan, serta latar belakang penamaan. Hampir semua merk rokok fiktif dalam Gadis Kretek bertipe Sigaret Kretek Tangan (SKT), dengan ciri khas rokok yang tediri dari tembakau, cengkeh, dan saos khusus yang menggambarkan kekayaan rasa masing-masing merek.
Beberapa merek rokok fiktif yang muncul dalam Gadis Kretek antara lain Klobot Djagad, Klobot Djojobojo, Rokok Kretek Proklamasi, Klembak Menjan Mendak, Kretek Gadis, Garwo Kulo, Kretek Djagad Radja, SKT Cap Boekit Klapa, SKT Tjap Srit Merah, dan Kretek Tjap Merdeka!
Ini akan sanat menarik, karena dalam waktu dekat, Netflix Indonesia akan menayangkan serial Gadis Kretek dengan Dian Sastrowardoyo dan Arya Saloka sebagai pemeran utamanya. Tentu saja pembaca novelnya akan dibikin penasaran dengan bentuk fisik merek-merek rokok fiksi tersebut.
Walaupun Gadis Kretek merupakan cerita fiksi, tapi novelnya telah berhasil menggambarkan perjalanan kretek tradisional rumahan, yang kemudian berkembang dalam skala indutri, sampai mengalami masa kejayaan. Dalam novel, penggambaran bahwa kretek meupakan budaya asli Indonesia diceritakan sedemikian rupa dengan baik. Semoga filmnya juga bisa menggambarkan hal-hal tersebut dengan baik.