Thinkway Logo

Kretek adalah Korban Teknologi Sains

Saya orang yang anti imunisasi dan vaksinasi. Jadi, saya menggunakan rokok untuk penyembuhan. dr Toni Apriliono

Apa yang terlintas saat Anda membayangkan sosok seorang dokter? Dokter cenderung identik dengan penampilan rapi, suka menasehati, suka memberi ‘larangan-larangan’ dan tentu saja tidak merokok. Hampir semua dokter menilai bahwa merokok merugikan kesehatan.

Tetapi seorang ahli kesehatan di Kota Semarang, dr. Toni Priliono, berbeda pandangan dengan dokter kebanyakan. Bukan karena semata-mata karena ia perokok lantas kemudian membela nikotin dan tar. Namun ia menilai bahwa sejauh ini ada kesalahan berpikir dan pemahaman perihal tembakau dan turunannya.

“Kretek adalah korban dari teknologi sains ‘modern’. Alam bekerja berdasarkan konsep yang sangat canggih, karena telah diciptakan oleh Tuhan dengan penghitungan yang sangat cermat,” beber dr. Toni.

Faktanya, kata dia, pengetahuan manusia jauh lebih sederhana dari konsep penyelenggaraan alam. Segala sesuatu yang bersifat alami, tradisional, justru dinilai sebagai konsep yang primitif. Sehingga alam yang kompleks dan rumit tidak dapat sertamerta dipahami melalui nalar.

“Dalam bidang kesehatan pun menjauh dari alam. Maka perlu penyederhanaan sistematis untuk dapat memenuhi kaidah ilmiah dan tuntutan observasi inderawi,” katanya.

Tubuh manusia itu membutuhkan proses. Jadi, perlu adanya penyederhanaan dan fokus. “Dominasi pada saat ini kurang menghargai nenek moyang. Kretek dianggap merusak. Padahal kretek ditemukan sebagai karya alam. Dahulu, kretek dijual di toko obat untuk pengobatan. Pertanyaannya apakah benar nikotin dan tar itu merusak?” cetus dia.
Tembakau dituding mengandung alkaloid nikotin yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. “Namun yang aneh adalah nikotin, berat enisnya adalah satu. Artinya larut dalam air. Jika nikotin diisap akan larut dalam tubuh. Nikotin bisa berada dalam es. Ketika merokok akan larut dalam tubuh. Ketika masuk akan menguap dalam bentuk gas,” terangnya.

Ilmu Kimia tentang mercury setelah tahun 70-an menghilang. Mercury dalam kadar kecil dilarang. Namun anehnya sekarang ini mercury masih diimport untuk tambal gigi di dunia kedokteran. “Padahal, mercury dalam tambal gigi punya potensi untuk menguap setiap saat. Dalam fisika mercury masuk dalam wilayah kuantum. Kuantum tidak tunduk pada hukum alam. Dinamika dalam sel itu bukan yang kelihatan. Intervensi manusia hanya bisa dilakukan di level samar,” katanya.

Menurut dia, bukan nikotin yang menyebabkan penyakit, tetapi radikal bebas. Daun tembakau yang tertempel oleh mercury dapat masuk ke dalam DNA itu yang menyebabkan penyakit. “Jadi bukan nikotin. Kebutuhan merokok adalah kebutuhan untuk membersihkan DNA. Tetapi ketika ditempel mercury, maka menjadi rusak,”

Sekarang ini termasuk generasi dalam vaksin, disebut mercury organik. Jadi, kalau anak bayi beratnya 3,6 kilogram dapat vaksin Hepatitis B itu adalah kandungan mercury. Pengawet vaksin adalah mercury.

“Saya orang yang anti imunisasi dan vaksinasi. Jadi, saya menggunakan rokok untuk penyembuhan. Ada beberapa guru besar (profesor) yang menjadi pasien saya. Memang, ada yang berhasil, namun harus diakui ada juga yang tidak berhasil,” kata dia.

Perang Nikotin
dr. Toni sepakat dengan apa yang pernah disebut Wanda Hamilton, bahwa propaganda antirokok merupakan bagian dari pemasaran industri farmasi. Menurutnya, ada koneksi yang tidak terbantahkan di antara propaganda antirokok dengan industri farmasi.

“Targetnya agar orang berhenti merokok melalui penanganan atas ketagihan nikotin. Terbukalah jalan bagi terapi atau obat-obat yang dikenal sebagai Nicotine Replacement Therapy (NRT),” terangnya.

WHO membentuk WHO Tobacco Free Initiative (1998) dengan sponsor utama Pharmacia Upjohn, Novartis, dan Glaxo-Wellcome. Misi utamanya mempromosikan program Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau atau World Health Organization Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC).

“Istilah treatment disebut tidak kurang dari 36 kali. Treatment adalah kata kunci untuk memasarkan produk-produk industri farmasi. Tidak heran jika industri farmasi meraup keuntungan besar,” katanya.

(Ratna Dewi Amarawati)

 

 

 

 

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.