Thinkway Logo
Timo Tjahjanto, Sutradara Spesialis Film Laga dan Horor (Sumber: Screenplay Film)

Timo Tjahjanto, Sutradara Spesialis Film Laga dan Horor

THINKWAY.ID – Film produksi asli tanah air kembali mencetak rekor dalam skala internasional. The Big 4, film besutan sutradara Timo Tjahjanto trending dan menjadi pembicaraan publik setelah memuncaki daftar film yang paling banyak disaksikan di Netflix seluruh dunia.

Film yang tayang perdana sejak 15 Desember 2022 ini, meraih nilai 589 dari 79 negara, setidaknya terpantau hingga Rabu (21/12). Berhasil memuncaki 10 film teratas Netflix global dengan mengalahkan film Bullet Train yang dibintangi oleh Brad Pitt dan Guillermo del Toro’s Pinocchio.

The Big 4 merupakan film bergenre comedy-action pertama yang disutradarai Timo Tjahjanto. Mengisahkan empat mantan pembunuh bayaran dan seorang detektif polisi dalam misi mengungkap kasus pembunuhan. Penuh laga pertarungan sengit ini digambarkan lewat sudut pandang komikal, lewat kepribadian para karakternya yang eksentrik.

Film ini mengenalkan bentang alam Indonesia, mulai dari Bali hingga Indonesia Timur dengan mengambil nama Bersi, sebuah wilayah imajiner.

The Big 4 dibintangi artis papan atas tanah air, seperti Abimana Aryasatya, Putri Marino, Arie Kriting, Lutesha, Kristo Immanuel, Budi Ros, Marthino Lio, Michelle Tahalea, dan lain sebagainya.

Keputusan untuk merilis daring dan masuk dalam program Waktu Indonesia bagian Netflix (WNI) tampaknya tepat, karena memberikan peluang untuk film-film Indonesia yang kesulitan menembus Holywood. Seolah-olah kreator film lokal bisa menciptakan pasar sendiri, karena penonton bebas memilih dan menentukan film apa yang akan mereka saksikan.

Dari segi genre, film ini mengekor kesuksesan The Raid (2011), The Raid: Redemption (2012), Headshot (2016), dan The Night Comes for Us (2018). Timo menyutradarai 2 film yang terakhir disebut.

Profil Timo Tjahjanto

Timo adalah Tjahjanto adalah sutradara, produser, dan penulis skenario. Ia dikenal lewat film-film dengan genre horor dan aksi laga, dengan ciri khas sebagai suguhan adegan penuh darah secara eksplisit. Ia juga dikenal sebagai bagian dari The Mo Brothers bersama Kimo Stamboel.

Timo mengenyam pendidikan di School of Visual Arts di Australia. Sebelum menjadi sutradara, ia mengawali karier di industri film sebagai fotografer freelance dan seniman.

 

Film Psycho (1960) karya Alfred Hitchcock dan adaptasi Tommy Lee Wallace terhadap It (1990) karya Stephen King mempengaruhi karya dan persepsinya pada film-film yang ia buat.

Portofolio Film dan Penghargaan

Film Rumah Dara (2009) menjadi debut penyutradaraan film panjang pertamanya, bersama dengan Kimo Stamboel. Film ini mendapat sambutan hangat dan memenangkan beberapa penghargaan dari festival film internasional dan lokal.

Ia kemudian menyutradarai sebuah segmen dalam film antologi The ABCs of Death (2012) bersama sutradara-sutradara luar negeri. Tahun berikutnya, bersama Gareth Evans (sutradara fim The Raid), ia menulis sekaligus menyutradarai “Safe Haven”. Sebuah segmen dalam antologi horor berjudul V/H/S/2 (2013), tayang kali pertama di Sundance Film Festival .

Setahun berikutnya, dengan nama The Mo Brothers, ia menyutradarai dan menulis Killers, film horror-thriller kerjasama sineas Indonesia dan Jepang. Tayang perdana di Sundance Film Festival 2014, film ini menerima ulasan positif.

Film laga Headshot (2016) dirilis oleh The Mo Brothers, dibintangi oleh Iko Uwais (pemeran The Raid) dan aktris pemenang Piala Maya Chelsea Islan.

The Mo Brothers menerima nominasi Piala Citra 2016 pada kategori Sutradara Terbaik dan memenangkan Piala Maya 2019 dalam kategori Sutradara Terbaik, lewat film Sebelum Iblis Menjemput (2018). Film ini adalah eksplorasinya pada genre supernatural horror.

The Night Comes for Us ditulis Timo sebagai penghormatannya pada Perfilman Hong Kong era 1980-an. Film ini merupakan produksi asli Netflix pertama dari Indonesia dan menerima pujian dari kritikus dengan skor 91% di Rotten Tomatoes. Sekuel film ini, Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020), dan meraih nominasi Sutradara Terbaik dan Skenario Adaptasi Terbaik di Piala Maya.

Timo Tjahjanto dan Proyek Film Masa Depan

Timo Tjahjanto didapuk mengerjakan beberapa film di masa depan yang cukup potensial. Misalnya adaptasi live-action untuk film Jagat Sinema Bumilangit Jilid 1 berjudul Si Buta Dari Gua Hantu yang produksi sejak 2020, tapi ditunda karena pandemi. Iko Uwais dikabarkan berperan sebagai karakter utama.

Tahun lalu, ia diumumkan akan memimpin pembuatan ulang film blockbuster Korea Selatan, Train to Busan (2016) lewat rumah produksi Hollywood, New Line Cinema dengan judul Last Train To New York.

Walaupun awalnya film-film Timo tergolong underrated atau diremehkan, tapi nyatanya film-film garapannya kerapkali bikin penonton takjub, sampai geleng-geleng kepala. Timo berhasil memberikan karya anak bangsa yang levelnya tak kalah bagus dari film-film Hollywood. Beberapa dari filmnya berhasil mencuri perhatian dunia dan meraih penghargaan lokal dan internasional, lewat festival-festival film yang bergengsi.

Lewat film The Big 4, Timo menyuguhkan visual efect yang keren dengan irama cepat. Cocok dinikmati untuk penggemar film laga dengan detail yang cermat. Perjudian Timo saat menerima untuk menggarap ini untuk Netflix global juga berhasil karena selera komedi Indonesia bisa diterima penonton film internasional. Terbukti dengan berhasilnya The Big 4 menduduki peringkat puncak Netflix global.

Bersama The Raid, film The Big 4 membuktikan bahwa film laga tak cuma didominasi Hollywood, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Meski pun sempat didominasi Thailand melalui karya oleh Tony Jaa, aktor dan sutradara yang kini juga mulai merambah Hollywood.

Timo membuktikan bahwa Indonesia juga punya kapasitas menggarap film aksi, sekaligus menerapkan standar baru film laga kelas dunia.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.